Mataram, 23 Juli 2025 – Dalam upaya meningkatkan kualitas proposal penelitian dosen yang akan diusulkan pada skema pendanaan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemdiktisaintek tahun 2026, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Mataram, menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) bertajuk Optimalisasi Kualitas Proposal Penelitian DPPM Kemdiktisaintek. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh dosen Program Studi, sebanyak 43 orang, bertempat di ruang sidang fakultas (23/7).

Kegiatan Bimtek dibuka secara resmi oleh Koordinator Prodi, Dr. Saharudin, M.A. dan menghadirkan tiga narasumber yang merupakan dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah berhasil memperoleh hibah Dikti sebelumnya. Mereka membagikan strategi dan pengalaman dalam menyusun proposal yang unggul dari sisi administratif maupun substansi ilmiah.

Memahami Penilaian dari Sudut Pandang Reviewer

Pada sesi pertama, Dr. Burhanuddin, M.Hum., memaparkan secara rinci aspek-aspek yang menjadi perhatian reviewer dalam menilai proposal penelitian, khususnya dari segi kelengkapan administrasi. Ia menekankan pentingnya kesesuaian antara isi dan format, jumlah kata pada setiap bagian proposal, serta ketepatan dalam penggunaan sitasi dan penulisan daftar pustaka.

“Penilaian administrasi tidak hanya soal kelengkapan dokumen, tetapi juga menyangkut ketepatan kata dan koherensi antarbagian. Bahkan kesalahan kecil dalam penggunaan sitasi dapat menjadi penilaian minus,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengurai dimensi penilaian substansi yang mencakup kebaruan riset, rekam jejak publikasi pengusul, serta keterkaitan antara kepakaran peneliti dengan topik yang diajukan. Dalam konteks kebaruan, Dr. Burhanuddin menjelaskan bahwa kebaruan tidak hanya hadir dari teori atau objek baru, melainkan juga dapat dibangun dari pendekatan riset atau cara mempertentangkan aspek-aspek yang sudah ada.

“Jangan terpaku bahwa kebaruan harus selalu teori baru. Bisa saja dari sudut pandang, pendekatan, atau bahkan pertentangan logis terhadap penelitian terdahulu,” ujarnya.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya melampirkan hasil karya ilmiah seperti buku dan publikasi internasional bereputasi sebagai bentuk penguatan kapabilitas pengusul.

Merancang Proposal dari Ide yang Tajam dan Strategi Substansi yang Matang

Sesi kedua disampaikan oleh Dr. Ahmad Sirulhaq, M.A., yang membahas strategi dalam menggali ide penelitian, merancang judul yang menarik, serta mengembangkan substansi proposal secara terstruktur. Ia menekankan bahwa kekuatan utama proposal terletak pada relevansi ide dengan kebutuhan keilmuan maupun masyarakat, serta kejelasan arah penelitian.

Menurutnya, pemilihan judul harus mempertimbangkan kejelasan dan daya tarik, karena menjadi pintu masuk pertama bagi reviewer untuk menilai keseriusan dan potensi proposal. Ia juga menyoroti pentingnya membangun narasi proposal secara logis, mulai dari latar belakang, rumusan masalah, hingga tujuan dan metodologi, agar terbaca sebagai satu kesatuan argumentasi yang solid.

Hal menarik yang disampaikan Dr. Sirulhaq adalah bahwa proposal yang belum lolos pendanaan pada tahun-tahun sebelumnya tetap memiliki potensi besar untuk diusulkan kembali. “Sering kali yang kita butuhkan bukan ide baru, melainkan cara baru untuk mengemas, memfokuskan, dan memperkuat argumen pada proposal yang pernah ditolak,” ujarnya. Ia mendorong para dosen untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proposal lama dan menggunakannya sebagai bahan mentah yang siap diolah ulang menjadi proposal yang lebih tajam dan kompetitif.

Menemukan Masalah dan Merancang Solusi

Sesi ketiga diisi oleh Prof. Dr. Mahsun, M.S., yang secara mendalam membahas tentang cara mengoptimalkan substansi proposal. Dalam presentasinya, beliau menekankan bahwa kekuatan utama sebuah proposal penelitian terletak pada bagaimana perumusannya berangkat dari masalah yang otentik dan relevan.

“Ada tiga sumber utama masalah penelitian,” paparnya. “Pertama, adanya informasi yang menimbulkan kesenjangan dalam pengetahuan kita; kedua, hasil-hasil penelitian sebelumnya yang saling bertentangan; dan ketiga, realitas empiris yang belum diteliti dan perlu diselidiki lebih lanjut.”

Prof. Mahsun menekankan bahwa pengusul harus mampu merumuskan masalah penelitian secara tajam dan logis dengan dilandasi oleh studi literatur yang kuat dan kontekstual. Hanya dengan dasar inilah, tujuan dan luaran penelitian akan tampak relevan dan meyakinkan di mata reviewer.

Menumbuhkan Budaya Riset di Lingkungan Prodi

Koordinator Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam sambutannya mengapresiasi semangat para dosen dalam meningkatkan kualitas proposal penelitian. Kegiatan ini, menurutnya, bukan hanya sebagai ajang berbagi strategi teknis, tetapi juga sebagai langkah konkret menumbuhkan budaya riset yang berkelanjutan di lingkungan Prodi.

Setelah seluruh materi disampaikan, kegiatan ditutup dengan diskusi interaktif, salat zuhur, dan makan siang bersama. Melalui kegiatan ini, diharapkan akan semakin banyak proposal dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang mampu bersaing dan lolos pada seleksi pendanaan DPPM tahun 2026 mendatang. (Lnd)