Upaya Peningkatan Kesadaran Kesehatan Mental Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram Melalui Kampanye Kesehatan Mental Berbasis Digital

(Rahma Talitha, S.Psi., M.Pd.)

Masa perkuliahan adalah periode penuh perjuangan dan tantangan bagi pemuda yang tengah mengejar impian dan cita-cita. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas, mahasiswa diharapkan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang mempersiapkan mereka untuk dunia kerja. Di balik status mereka sebagai mahasiswa, terdapat tuntutan akademik yang sangat besar: padatnya jadwal kuliah, banyaknya tugas dan proyek kelas, diskusi kelompok, bimbingan dosen, serta aktivitas di luar akademik seperti organisasi, kegiatan sosial, hingga kewirausahaan. Semua ini adalah bagian dari upaya mereka untuk menjadi pribadi yang siap menghadapi masa depan. Namun, berbagai tuntutan ini sering kali membuat mahasiswa merasa kewalahan dan kelelahan, baik secara fisik maupun mental.

Tuntutan akademik yang tinggi menjadi salah satu faktor utama penyebab stres di kalangan mahasiswa. Padatnya jadwal kuliah, banyaknya tugas, dan beban proyek sering kali membuat mahasiswa merasa tertekan dan kewalahan. Hal ini sejalan dengan penelitian Mulya dan Indrawati (2016), yang menemukan bahwa tekanan akademik berkontribusi signifikan terhadap stres, kecemasan, dan ketidakstabilan emosional pada mahasiswa. Beban akademik terbukti memengaruhi kemampuan mahasiswa untuk mengelola emosi dan meningkatkan risiko burnout atau kelelahan akademik. Selain itu, penelitian Rosyidah (2020) juga mengidentifikasi bahwa stres akademik sering kali disebabkan oleh tekanan untuk mencapai nilai tinggi dan ketidakmampuan mahasiswa dalam mengatur waktu, terutama bagi mereka yang juga aktif dalam kegiatan di luar akademik.

Stres berkepanjangan yang tidak tertangani dengan baik dapat berdampak serius terhadap kesehatan mental maupun fisik mahasiswa. Penelitian oleh Nikarli et al. (2024) menunjukkan bahwa stres yang berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental yang signifikan, termasuk kecemasan, depresi, dan perasaan kelelahan mental yang intens. Studi ini menemukan bahwa mahasiswa yang mengalami stres kronis lebih rentan terhadap gangguan suasana hati, ketidakstabilan emosi, dan penurunan produktivitas akademik. Bahkan, mereka cenderung mengalami penurunan kualitas tidur dan gangguan pola makan, yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan fisik mereka.

Sayangnya, banyak mahasiswa belum menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental. Beberapa alasan utama adalah kurangnya pengetahuan tentang gejala stres dan kesehatan mental secara umum. Misalnya, tidak semua mahasiswa memahami bahwa gejala seperti kelelahan berlebih, suasana hati yang mudah berubah, atau perasaan cemas yang terus-menerus adalah tanda-tanda bahwa kesehatan mental mereka mungkin terganggu.

Stigma mengenai kesehatan mental juga menjadi hambatan bagi mahasiswa dalam menyadari atau mencari bantuan. Kesyha et al. (2024) menemukan bahwa stigma sosial membuat mahasiswa enggan mengakui bahwa mereka mengalami masalah kesehatan mental. Dalam studi tersebut, sebagian besar responden merasa takut dicap lemah atau tidak kompeten jika mereka mencari bantuan, sehingga mereka cenderung menutupi kondisi mereka daripada mendapatkan bantuan profesional.

Mengembangkan kebiasaan sehat seperti olahraga, meditasi, dan mindfulness terbukti efektif dalam membantu mahasiswa mengelola stres. Aina dan Wijayati (2019) menunjukkan bahwa mahasiswa yang rutin berolahraga dan melatih mindfulness mengalami penurunan tingkat kecemasan dan peningkatan kualitas tidur. Aktivitas fisik dan teknik mindfulness, seperti pernapasan dalam dan meditasi, membantu mengurangi gejala stres dan memberikan rasa tenang, terutama saat menghadapi tekanan akademik.

Kondisi ini menyoroti pentingnya kesadaran kesehatan mental di kalangan mahasiswa. Kampus dan institusi pendidikan harus turut serta dalam meningkatkan kesadaran ini dengan menyediakan program-program pendukung kesehatan mental, seperti layanan konseling atau seminar mengenai manajemen stres. Dukungan dari kampus dan komunitas ini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung mahasiswa untuk lebih terbuka dan merasa didukung dalam menjaga kesehatan mental mereka.

Kampus Unram telah mengambil langkah aktif dalam menanggapi isu kesehatan mental sebagai fenomena global yang penting bagi kesejahteraan civitas akademika. Salah satunya adalah dengan inovasi layanan konseling dan karier yang terus ditingkatkan agar sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Kampus secara berkala mengadakan seminar dan edukasi melalui media sosial untuk memberikan informasi terkait kesehatan mental, yang juga didukung oleh layanan konseling profesional oleh tenaga psikolog.

Dalam upaya meningkatkan kesadaran, UNRAM juga sering mengadakan kolaborasi dengan kampus-kampus lain untuk memperkuat jaringan dukungan kesehatan mental di lingkungan akademis. Baru-baru ini, akan diadakan kampanye kesehatan mental khusus bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan, sebuah kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan mahasiswa. Sebuah artikel mengenai tanda dan gejala stres dan cara menangani stres dibagikan dalam media sosial seperti Instagram dan Facebook pada akun Hima PGSD dan PG PAUD.

Kampanye ini berbasis digital dan mendorong partisipasi mahasiswa melalui media sosial dengan konten tentang pengalaman mengelola stres, yang diunggah dengan menggunakan tagar #MentalHealthAwarenessUNRAM. Kampanye ini juga menyertakan sesi tanya jawab dengan Dosen Psikologi Pendidikan, Rahma Talitha, S.Psi., M.Pd., yang berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa PGSD dan PG PAUD melalui kanal Instagram. Diharapkan, kampanye ini dapat membangun kesadaran mahasiswa terhadap kesehatan mental mereka dan mendorong kepedulian terhadap sesama.

Pada akhirnya, penting bagi mahasiswa untuk menyadari bahwa menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Dengan kesadaran dan pengetahuan yang memadai, mahasiswa dapat menjalani masa perkuliahan dengan lebih sehat dan produktif, sehingga mereka bisa meraih impian dan cita-citanya tanpa harus mengorbankan kesejahteraan mentalnya.

Referensi

  1. Kesyha, P., Tarigan, T. B., Wayoi, L., & Novita, E. (2024). Stigma Kesehatan Mental Dikalangan Mahasiswa. Journal on Education, 6(2), 13206-13220.
  2. Rosyidah, I. (2020). Gambaran tingkat stres akademik mahasiswa program studi ilmu keperawatan fakultas keperawatan unhas. Jurnal ABDI (Sosial, Budaya dan Sains), 2(1).
  3. Yusuf, N. M., & Yusuf, J. M. W. (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi stres akademik. Psyche 165 Journal, 235-239.