Mataram – Universitas Mataram (Unram) sudah tiga bulan ini memindahkan segala aktivitas perkuliahan tatap muka menjadi kelas virtual. Hal ini dimaksudnya untuk memutus mata rantai penyebaran Covid19 yang merupakan pandemik global. Dengan berpindahnya kelas dalam bentuk virtual, hampir semua pendidik dan tenaga kependidikan beraktivitas dari rumah masing-masing. Kondisi ini menyebabkan civitas akademika merasa rindu dengan kebersamaan yang biasanya terjalin erat, terutama di masa perayaan hari raya Idul Fitri.
Tahun-tahun sebelumnya, FKIP Unram adalah salah satu fakultas yang rutin menyelenggarakan silaturahmi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keakraban sehingga suasana kekeluargaan di tempat kerja dapat terjaga. Mengikuti anjuran pemerintah, silaturahmi tahun ini tidak bisa dilangsungkan seperti biasa mengingat masyarakat diminta menghindari kerumunan. Meskipun demikian, dengan bantuan teknologi, silaturahmi dapat terjalin melalui media video konferensi daring. Tak tanggung-tanggung, dua ustad kondang nasional, Dr. Aam Amirudin, M.Si., dan Dr. Ahmad Wijayanto, M.A., diundang untuk memberikan siraman rohani pada momen fitri ini.
Halal bihalal daring FKIP Unram berlangsung pada hari Jumat, 29 Mei 2020. Seluruh civitas akademika dan IKA di lingkungan FKIP Unram diundang untuk berpartisipasi, terlepas dari suku, agama maupun golongan dari yang bersangkutan. Antusiasme warga FKIP sangat tinggi, lima belas menit sebelum acara ruang konferensi daring sudah dipenuhi peserta. Sayangnya karena terdapat kesalahan teknis, konferensi video daring yang seyogyanya mampu menampung 500 peserta, tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Akan tetapi masalah tersebut dapat diselesaikan dengan kesigapan panitia yang menyediakan layanan siar pada halaman YouTube.
Acara yang berlangsung mulai pukul 09.00 – 10.30 ini diawali dengan pembacaan ayat suci Alqur’an dan dilanjutkan dengan pembukaan oleh Dekan FKIP, Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Si. Dalam sambutannya, Dekan FKIP memohon maaf lahir batin dan menyatakan kerinduannya kepada seluruh civitas. Beliau berharap semoga pandemik segera berakhir sehingga keluarga FKIP bisa bertatap muka dan berkegiatan bersama kembali di kampus. Sambutan kedua disampaikan oleh Ketua Ikatan Alumni FKIP Universitas Mataram, H. Adi Pranajaya. Beliau menyampaikan apresiasi pada FKIP yang telah memanfaatkan segala fasilitas yang ada untuk memungkinkan pelaksanaan halal bihalal daring sehingga silaturahmi dapat terjaga walaupun dalam kondisi fisik yang berjarak.
Selesai sambutan, acara berlanjut ke tausiah yang disampaikan bergantian oleh narasumber Dr. Aam Amirudin, M.Si., dan Dr. Ahmad Wijayanto, M.A. Topik yang diangkat oleh pembicara pertama, Dr. Aam Amirudin terkait dengan Mendidik Anak Sesuai Zaman. Dalam pembahasannya, beliau menjelaskan pentingnya mendidik anak agar dapat menjadi anak penyejuk hati (Qurrata A’yun) dan syukur-syukur dapat berprestasi secara duniawi (Ziinatunatul Hayaat). Kunci penting yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak milenial adalah menjaga komunikasi dengan rumus 6Q: Qaulan Sadida (berkomunikasi yang benar, baik isi maupun konteks), Qaulan Baligha (berkomunikasi dengan empati, dapat dipercaya dan menjaga emosi), Qaulan Ma’ruufan (berlaku adil dan menjunjung musyawarah), Qaulan Layyinan (berkomunikasi dengan lemah lembut baik verbal maupun non-verbal), Qaulan Kariiman (berkomunikasi dengan menjaga kehormatan dan martabat anak) dan Qaulan Maysuura (berkomunikasi dengan memberi contoh dan menggunakan bahasa yang tepat sasaran, tidak berbelit dan tidak terlalu sering diulang).
Materi ini dilanjutkan oleh pembicara kedua, Dr. Ahmad Wijayanto, M.A, yang membawakan topik Keutamaan Silaturahmi. Beliau menyampaikan bahwa mendidik anak dan menerapkan aturan komunikasi 6Q tadi sudah harus mulai dilakukan sejak sebelum anak lahir. Pola komunikasi yang baik antara orang tua akan membawa kedamaian pada ibu di masa kehamilan sehingga anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Sering dilupakan, ayah memegang andil besar dalam menjaga keharmonisan dan kenyamanan ibu di masa kehamilan. Perlu disadari perubahan kondisi fisik dan hormon seringkali meningkatkan sensitivitas ibu. Pengertian diantara pasangan mutlak diperlukan agar silaturahmi di rumah tangga berjalan dengan sebaik mungkin.
Kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam ini berlangsung dengan suasana kekeluargaan yang kental. Kepiawaian narasumber dalam menyajikan materi secara menarik dan menghibur telah menghipnotis civitas akademika untuk mengikuti acara sampai dengan selesai. Acara ditutup dengan doa semoga hubungan silaturahmi ini dapat senantiasa terjalin di masa depan, bahkan lebih erat lagi. (RAA)